SEMARANG - Badan Penagawasan Obat dan Makanan
mengadakan rapat koordinasi Pengawasan dan Penindakan Obat Tradisional yang Mengandung
Bahan Kimia Obat (BKO), Kamis (03/8). Acara tersebut diadakan di Hotel Tentrem,
Semarang, dengan menekankan bahayanya obat tradisional yang mengintai masyarakat.
Maraknya peredaran obat tradisionanl membuat beberapa okum
memanfaatkan keadaan tersebut. Badan Pengawasan Obat dan Makanan menemukan 2,5
juta picis obat tradisional yang mengandung BKO tinggi.
Adanyna BKO dalam obat-obatan tradisional memberikan dampak
panjang bagi kesehatan. Artinya adalah dampaknya tidak serta merta dirasakan.
“Jika obat-obat yang dikonsumsi terus menerus itu menyebabkan
efek buruk bahkan bisa menyebabkan resiko kematian,” jelas seorang dokter
spesialis penyakit dalam dan influencer, Dr Desca Media Hertanto.
Salah satu contohnya pada obat tradisional pelangsing
instan. Alih-alih melangsingkan berat badan, dengan mengkonsumsinya secara
rutin dapat membahayakan jantung kita.
“Salah satu contohnya sering di obat pelangsing. Obat ini
menyebabkan aritmia pada jantung, serangan jantung, hingga kondisi gagal
jantung dan ujung-ujungnya bisa meninggal,” tambahnya.
Ironisnya, warga terpukau dengan kasiat obat tersebut yang
dapat dirasakan instan. Awal pemakaian obat tradisional yang mengandung BKO
seolah-olah dengan instan mengatasi penyakit kita. Efek yang dirasakan dapat langsung
sehari sesudah pemakain. Inilah yang menjadikan warga terjerumus mengkonsusmi
obat tradisional BKO.
“Masyarakat percayanya karena ketika sekali meminum obat,
besok harinya sudah langsung sembuh,” imbuhnya
Lantas, bagaimanakah kita dapat mengetahui obat tradisional
yang mengandung BKO? Simak informasi selengkapnyna.
Berdasarkan penjelasan Dr Desca, salah satu ciri yang sangat
kentara adalah mengenai klaim Kesehatan yang tidak berdasar. Obat-obat tradisonal
yang mengandung BKO akan mengklaim dapat menyembuhkan berbagai penyakit
sekaligus.
“Biasanya satu obat ini mengandung berbagai khasiat. Jadi
kalau ada seperti itu perlu dipertanyakan. Mampu mengobati diabetes, mengatasi
kanker, mengobati gagal ginjal. Bahkan sampai saat ini belum ada obat medis
yang seperti itu,” jelasnya.
Selain itu, obat tradisonal dengan BKO dapat secara instan
menyembuhkan penyakit yang kita rasakan. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya
bahwa obat tradisonal dengan BKO memiliki efek Panjang yang membahayakan.
Jika obat tradisonal tidak berciri-ciri seperti di atas,
pastikan bahwa sudah terdaftar di BPOM. Sebelum kita membelinya, harus di cek Kembali
apakah sudah terdaftar di BPOM atau belum. Kita juga dapat mengecek di BPOM
mengenai beberapa obat tradisional yang mengandung BKO.
“Kita harus menjadikan BPOM adalah satu-satunya sumber rujukan
untuk jamu terstandarisasi atau jamu yang di curigai mengandung BKO,” ucapnya
Dalam kasus ini, maraknya obat tradisional yang beredar disebabkan
oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah adanya kebutuhan gaya hidup sehat masyarakat.
Kebutuhan tersebut mendorong masyarakat untuk mencari informasi dan terjerumus
dengan informasi yang tidak dapat dipercaya.
“Banyak konten-konten di media sosial mengenai kesehetan digemari
juga oleh warga, karena orang itu pengen hidup sehat. Namun akhirnya warga
terjerumus dengan informasi hoax,”ujarnya.
Terkait dengan penerimaan mis-informasi, Dr Desca
menjelaskan banyak pasiennya yang mendapatkan informasi obat tradisonal BKO melalui
group whats up dan facebook. Sebagai informasi, Indonesia adalah pengguna whats
upp ke tiga paling banyak di dunia.
Dr Desca berharap agar permasalahan ini dapat ditangani
dengan tepat. Salah satunyna dengan penguatan di layanan Kesehatan masyarakat
seperti Puskesmas. Selain itu edukasi informasi di media sosial juga perlu diadakan
akgar meminimalisir informasi hoax mengenai obat tradisional yang tepat.
Penulis : Fahry Setiawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar