Rabu, 26 Juli 2023

Potensi Ekonomi Warga di Sepanjang Sungai Banjir Kanal Barat Semarang


Sungai Banjir Kanal Barat Semarang yang terlihat dari sebelah Bendungan Pleret. (SM/dok)

SEMARANG – Sungai Banjir Kanal Barat (BKB) Semarang yang telah di normalisasikan sejak tahun 2013 memberikan pengaruh kepada warga sekitar. Berbagai upaya untuk mengembangkan potensi ekonomi di sepanjang BKB hingga saat ini perlu di gencarkan.

Banjir Kanal Barat merupakan sistem drainase terbesar pertama di Kota Semarang.  Sistem drainase ini dibangun oleh pemerintah Belanda yang kemudian beroperasi pada tahun 1879.

Seiring berjalannya waktu, pemerintah kota menjadikan BKB tidak hanya sebagai sistem drainase saja. Penormalisasian yang telah dilakukan mengubah BKB menjadi destinasi wisata di Kota Semarang.

Adanya jalur jalan kaki di setiap sisi BKB membuat daya tarik pengunjung BKB. Berbgagai aktivitas terpantu di setiap sisi BKB. Mulai dari berolahraga atau hanya sekedar duduk-duduk menikati indahnya suasana BKB.

“Pengunjung biasanya nongkrong, senam, olahraga pagi, mancing. Biasanya kalua ramai itu malam-malam,” ujar salah satu Petugas Kebersihan Sungai BKB, Surip.

Pengunjung yang tengah nogkrong di salah satu sisi Sungai BKB, Semarang. (SM/dok)

Sungai BKB yang terpisahkan oleh Jembatan BKB, memiliki kondisi yang berbeda. Pada sebelah selatan (dari Bendungan Pleret hingga Jembatan BKB), memiliki kondisi yang lebih nyaman tidak terlalu ramai kendaraan. Hal tersebut membuat BKB di bagaian selatan lebih banyak pengunjung. Terlebih pada sore hari, berbagai stan kuliner mulai memadati pinggiran jalan BKB.

“Sini (di bagian selatan) kalau jam 5 sore keatas itu udah banyak kuliner. Untuk yang rame itu kalo malem minggu dan jumat asalkan tidak hujan, kalo hujan ya sepi,” jelas salah satu penjual seblak di bagian selatan BKB, Ayu.

Walaupun BKB di selatan ramai pengungjung, namun terdapat keresahan bagi para pedagang. Keresahan tersebut adalah mengenai perizinan stan kuliner.

“kuliner-kuliner masih belum resmi (liar). Kelurahan setempat belum memperbolehkan, jika ada razia dari Satpol PP yang nanggung ya pedagangnya sendiri,” tambah Ayu.

Wawancara dengan sorang pedagang seblak, Ayu. Terlihat sedang bersiap-siap untuk membuka stan kuliner di pinggiran Sungai BKB Semarang. (SM/dok)

Sementara itu di bagian utara (dari Jembatan BKB hingga Bendungan Gerak BKB), kondisi jalan rayanya ramai. Berbanding terbalik dengan di bagian selatan, di bagian utara terpantau lebih sedikit pengunjung.

“Banjir kanal barat di sini (di bagian utara) tidak bisa di gunakan buat wisata dan jualan karena buat akses ke bandara. Kalau buat tempat wisata kuliner itu sebenarnya bagus tapi tidak mungkin karena buat akses ke bandara,” jelas pedagang kaki lima (PKL) es kelapa, Ani.

Selain Ani, seorang pedagang yang berlokasi di dekat Bendungan Gerak BKB yaitu Cristiana menuturkan bahwa jarang terdapat pengunjung.

“Depan warung saya tidak ada yang jualan kalo sore. Karena di depan situ memang tidak diperbolehkan oleh Satpol PP. Jarang banget di depan situ untuk joging di pagi atau sore hari. Buat mancing juga jarang banget. walaupun sudah di renovasi dan di tata sebagus itu tempatnya, sekarang juga banyak yang latihan dayung, tapi tidak ada orang sama saja.” tuturnya.

Terkait adanya olahraga dayung di Sungai BKB bagian utara, hal tersebut tidak berdampak pada peningkatan pendapatan para pedagang. Pelatihan dayung yang merupakan atlit dari sekolah-sekolah dilakukan hampir setiap hari.

Namun hal itu tidak menarik para warga maupun pengunjung untuk melihat adanya latihan dayung. Para atlit juga mempunyai tempat tinggal dan warung/kedai yang sudah di sediakan.

Orang yang Latihan dayung itu kalo sudah selesai langsung ke kosannya dan di situ ada khusus warung buat mereka. Warga juga tidak terlalu tertarik dengan adanya para atlit yang sedang latihan dayung. Jadi tidak mempengaruhi dagangan saya,” tambah Cristiana.

Adanya permasalahan yang dirasakan para pedagang di sepanjang aliran Sungai BKB, harus menjadi perhatian pemerintah setempat. Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan pada Selasa (25/7), setidaknya terdapat 59 pertokoan, 58 kuliner, 61 home industry, dan 25 PKL di sepanjang Sungai BKB.

Terdapatnya potensi kegiatan ekonomi di sepanjang Sungai BKB perlu diiringi dengan pengembangan Sungai BKB yang lebih baik lagi. Mulai dari strategi pengembangan wisaata hingga perizinan kuliner perlu segera di atasi.

“Harapannya ke depan pengennya PKL yang berjualan di sini diresmikan, terus yang kedua tidak bongkar pasang lah, di sediakan tempat khusus karena kan memang sini kulineran gitu. Kayak Masjid Agung Johar aja juga dibuat seperti itu kan. Awalnya juga berjualan tidak di perbolehkan tapi lama kelamaan dikasih tempat,” tanggap Ayu.

 

Penulis: Fahry Setiawan

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sudah Ada Sejak Zaman Belanda, Sendang Stoom Tidak Pernah Mengalami Kekeringan

Dua anak laki-laki yang sedang meminum air dari mata air yang ada di Sendang Stoom secara langsung. (SM/Safinatur Riska)   SEMARANG - Sendan...