SEMARANG - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengadakan Focus Group Discusion (FGD) dengan tema "Intensitas Pengawasan Tindakan Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat (OTBKO) Dari Hulu Sampai Hilir" bertempatkan lantai 5 Ballroom Hotel Tentrem Kota Semarang. Kamis, (03/8).
Acara tersebut di hadiri oleh instansi-instasi terkait. Dalam sambutannya Deputy 2 BPOM, berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2022 terdapat 80% populasi dunia menggunakan obat tradisional.
Selanjutnya Reri menyampaikan bahwa peran obat tradisonal dalam kehidupan modern sudah semakin meningkat apalagi pada masa pandemi covid-19 dua tahun lalu.
"Bapak ibu peran Strategi obat dalam kehidupan modern sudah semakin meningkat, apalagi pada masa pandemi kemarin," ujarnya.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, pedagang tradisional memanfaatkan flatfoom media sosial untuk merambah ke Jejaring Internasional.
Sehingga mudah dan cepat untuk diedarkan ke berbagai negara. Namun, strategi tersebut justru disalah gunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab memproduksi dan mengedarkan produk obat tradisional yang mengandung BKO.
"Perdagangan intrenasional telah memungkinkan produk obat tradisional diedarkan antar negara dengan mudah dan cepat. Tapi strategis obat tradisional tersebut justru disalah gunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk memproduksi serta mengedarkan obat tradisional mengandung BKO," Jelas Reri.
Merujuk pada data hasil pengawasan dan penindakan BPOM pada tiga tahun terakhir yakni tahun 2020 sampai 2023. Temuan produk obat tradisional yang mengandung BKO menduduki peringkat ketiga. Temuan tertinggi merupakan klaim OT stamina pria dan pegal linu.
Sementara itu, hampir 89% sarana distribusi yang di periksa oleh Badan POM. Karena tidak memenuhi ketentuan dan tanpa izin edar (ilegal). Ditemukan 2,5 juta picis obat tradisonal yang mengandung BKO tinggi. Dengan begitu memberikan dampak panjang bagi dunia kesehatan, dampaknya tidak secara langsung dirasakan oleh pengguna.
"Obat-obatan yang di konsumsi terus menerus, akan menyebabkan efek buruk bahkan kematian," tutur dokter spesialis penyakit dalam dan influencer, Dr Desca Media Hertanto.
Adanya permasalahan ini bisa di tangani dengan cepat. Salah satunya dengan penguatan layanan kesehatan melalui puskesmas. Informasi edukasi melalui jejaring sosial dengan upaya meminimalisir penyebaran berita hoax tentang obat tradisional.***
Penulis : Safinatur Riska
Tidak ada komentar:
Posting Komentar